Metode kraft pertama kali
digunakan secara komersil di Sweden pada tahun 1885. Kraft pulp diakui memiliki
sifat-sifat kekuatan yang unggul dan merupakan jenis kertas baru. Pabrik-pabrik
yang menggunakan proses kraft dimulai pada tahun 1930an dengan pengenalan
tungku pemulihan oleh Tomlinson, dimana akhir penguapan dan pembakaran yang cepat
dikombinasikan dengan pemulihan uap panas dan bahan kimia dalam proses tunggal.
Akhirnya, perkembangan dan promosi klorin dioksida oleh Howard Rapson di akhir
tahun 1940an dan awal tahun 1950an membuka jalan untuk mencapai tingkat
kecerahan yang sama dengan pulp sulfit. Karena perkembangan proses kraft, maka
makalah ini dibuat untuk lebih mengetahui bagaimana proses pembuatan pulp dan
kertas dengan metode kraft tersebut.
Proses kraft adalah suatu proses
pembuatan pulp dengan proses kimia. Proses ini menghasilkan pulp dengan
kekuatan yang lebih tinggi di banding proses mekanis dan semikimia, namun
rendemen yang dehasilkan lebih kecil karena komponen yang terdegradasi lebih
banyak. Proses kraft awalnya dipatenkan tahun 1854. Pada tahun 1865 mencakup
pengabuan cairan soda untuk melindungi banyaknya alkali yang digunakan dalam
proses. Keberhasilan pabrik soda pertama kali adalah ketika beroperasi pada
tahun 1966. Sedikitnya pabrik soda dalam memproduksi pulp masih beroperasi di
seluruh dunia dengan menggunakan bahan baku hardwood dan non kayu yang
berserat. C.F Dahl dihargai dengan perkembangan proses kraft (atau sulfate)
dalam upaya mencari pengganti akan mahalnya sodium karbonat (abu soda) sebagai
rangkaian dari daur kimia proses soda, dia melakukan percobaan dengan
menambahkan sodium sulfate (saltcake) untuk tungku pemulihan. Setelah itu Dahl
menemukan bahwa sulfida selama pemasakan larutan yang dipercepat dengan proses
delignifikasi dan menghasilkan pulp yang lebih kuat; dia memperoleh hak paten
untuk prosesnya tersebut pada tahun 1884.
Larutan utama yang digunakan dalam proses kraft adalah
natrium hidroksida (NaOH) dan natrium sulfida (Na₂S). Natrium hidroksida
merupakan bahan kimia pemasak utama yang berfungsi untuk mempercepat kelarutan
lignin, sedangkan natrium sulfida merupakan komponen aktif tumbuhan yang
berfungsi untuk menggantikan bahan alkali yang hilang selama proses pemasakan
sehingga konsentrasi larutan pemasak alkali tetap stabil. Suhu pemasakan yang
digunakan umumnya berkisar antara 170-180°C. Suhu di bawah 170°C tidak
memberikan keuntungan terhadap nilai rendemen dan kualitas pulp yang
dihasilkan. Selain itu terhadsuhu 180°C akan menyebabkan degradasi selulosa
semakin meningkat.
Reaksi kimia yang terjadi pada proses kraft diantaranya
bentuk lignin yang sebenarnya pada chip kayu merupakan hasil pemecahan dari
ion-ion hidroksil (OHˉ) dan hidrosulfid (SHˉ). Pada saat pemasakan kira-kira
sebanyak 80% lignin, 50% hemiselulosa dan 10% selulosa dihancurkan. Terjadi
reaksi kondensasi dengan karbohidrat. Sehingga berakibat lignin sulit untuk
dipindahkan dari serat. Ion hidrosulfid mengurangi reaksi kondensasi dengan
memblok kelompok yang tidak aktif. Pada metode pulp terdapat dua tenaga
pendorong seperti konsentrasi alkali dan suhu.
1.Chip Size
Ketebalan chip sangat berpengaruh
dalam proses pulping, ketika cairan pemasak akan menembus chip pada semua sisi.
Jika chip tebal, cairan pemasak tidak akan menembus bagian dalam chip, sehingga
bagian tersebut tidak terjadi proses pemasakan.
2.Chip Bulk Density
Merupakan parameter yang penting pada saat pengisian digester. Hal ini menentukan jumlah pulp yang dapat masukd dan dinyatakan dalam kg/m3 . Chip bulk density dipengaruhi oleh wood density dan chip size.
3.Chip Moisture
Mempunyai pengaruh pada yield
yang diperoleh, kappa number, dan kualitas pulp. Jika moisture terlalu rendah
maka akan sulit untuk menghasilkan chip. Dengan mengetahui moisture content
chip dapat dihitung wood input yang masuk kedalam digester. Supaya terjaga
konsentrasi liquor dan alkali secara konstan. Moisture content sebaiknya dijaga
dalam level 40-50%.
1.
4.Bark (Kulit kayu) dan kontaminasi lainnya
Bark merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam produksi pulp karena bark berisi 20-30% selulosa dan 20-30% ekstrktif dan selebihnya lignin. Bark sendiri akan menaikkan konsumsi alkali dan menguragi kekuatan pulp. Kandugan ekstraktif yang tinggi menyebabkan masalah di evaporator dan pitch pada pulp machine.
5.White Liqour Properties
White liqour merupakan bahan
kimia pemasak pada metode sulfat (kraft cycle) dalam bentuk aqueous solution
dimana kandungannya terdiri dari NaOH, Na2S, (Na2SO4.Na2CO3). White liquor
digunakan untuk mengurangi kandungan lignin dalam digester dan juga untuk ekstraksi
. Digester yang digunakan adalah digester continue.
3.
6.Cooking Control Variable
Variabel yang digunakan yaitu
waktu dan temperatur. Reaksi delignifikasi bergantung pada temperatur. Kenaikan
temperatur yang kecil menyebabkan pengaruh yang besarpada reaksi delignifikasi
seperti kenaikan 10oC dari 160oC menjadi 170oC akan menyebabkan dua kali
delignifikasi.
4.
7.Alkali Charge
Efektifitas normal alkali charge
memiliki nilai antara 10-18% Na2O dalam drywood tergantung dari jenis kayu,
kondisi pemasakan dan derajat deligniikasi yang dibutuhkan. Kelebihan alkalli
dapat menyebabkan kenaikan angka delignifikasi dan mengurangi yield.
5.
8.Liquor to wood ratio
Rasio liqour : wood (normal rasio
3 : 1 atau 5 : 1) kelebihan black liquor yang berasal dari digester ke chip
untuk menaikkan rasio liquorwood.
Pada proses Kraft mula kayu dipotong-potong dengan mesin pemotong hingga ukuran kurang lebih 5cm, potong-potongan ini kemudian diayak. Kayu yang halus dimasukkan kedalam tempat penampung yang kemudian akan digester (dimasak). Setelah potongan-potongan kayu tersebut di masukkan ke dalam digester, kemudian dimasukkan pula natrium sulfida dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan uap dan di aduk dengan suatu alat pengaduk yang terdapat dalam digester tersebut.
Digester ini dibuat dari logam steel dan tekanan uap 110lb/in2. Pulp yang telah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci sehingga liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tanki penampung untuk direcovery. Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan rotary drum filter, kemudian hasilnya diputihkan dengan kalsium hipoklorit sehingga hasilnya sudah agak putih. Selanjutnya diinetralkan dengan CaO atau NaOH, dicuci dan dikeringkan. Hasilnya terbentuklah pulp kering.
Sumber :
1.
Anonim, A. Pengertian Proses Kraft. http://kintanprameswari.blogspot.com
/2011/08/pulp-dan-kertas.html. Diakses tanggal 08 Desember 2013 pukul 09.54
WITA di Samarinda.
2.
Anonim, C. Proses Kraft Pulping. http://rizkizuriadi.blogspot.com/2011/07/
makalah-pulp-and-paper.html. Diakses tanggal 08 Desember 2013 pukul 09.54 WITA
di Samarinda.
3.
Anonim, C. Proses Recovery Kraft. http://www.tappi.org/content/events/
08kros/manuscripts/1-1.pdf. Diakses tanggal 08 Desember 2013 pukul 09.54 WITA
di Samarinda.
4.
https://www.academia.edu/5462425/Makalah_Kraft_Pulping
1.
0 comments:
Posting Komentar