Blue Angel Wing Heart Peran Metode Flokulasi dan Koagulasi dalam Pengolahan Limbah Cair ~ Ikatan Mahasiswa Pulp dan Kertas ITSB

aac

Ikatan Mahasiswa Pulp dan Kertas ITSB | IMPAS-ITSB | Integrity - Attitude - Ability

Peran Metode Flokulasi dan Koagulasi dalam Pengolahan Limbah Cair

Air dari hasil proses produksi di industri yang tergolong kedalam kategori limbah B3 tidak dapat langsung dibuang ke muara sungai dikarenakan air tersebut mengandung bahan pencemar yang berbahaya bagi ekosistem di dalamnya dan makhluk hidup disekitarnya. Untuk menghilangkan kandungan tercemar dalam air limbah umumnya metode yang digunakan adalah metode flokulasi dan metode koagulasi. Koagulasi dan flokulasi merupakan proses umum yang sering dilakukan untuk mengolah air yang tercemar oleh zat-zat tercemar, dalam hal ini adalah air limbah. Dimana dalam metode flokulasi dan koagulasi ini proses pembentukan flok-flok sehingga flok yang terbentuk dapat mengendap dan membuat kualitas air limbah menjadi lebih baik.



Gambar 1. Koagulasi dan Flokulasi

 

Koagulasi adalah penambahan bahan kimia (koagulan) ke dalam air baku dengan maksud untuk mengurangi daya tolak menolak antar partikel koloid, sehingga partikel-partikel tersebut bergabung menjadi flok-flok kecil (Degremont, 1991). Proses koagulasi dikatakan terpenuhi jika penambahan ion-ion kation (bermuatan positif) ke dalam partikel koloid (bermuatan negatif). Biasanya proses koagulasi membutuhkan waktu 1-3 menit yang dilakukan dengan pengadukan cepat pada partikel koloid.

Proses koagulasi dibagi dalam tahapan secara fisika dan kimia. Tahapan secara fisika, diantaranya : pemanasan, pengadukan, dan pendinginan. Tahapan secara kimia, diantaranya : elektroforesis, penambahan koloid, dan penambahan elektrolit. Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. Stabilitas partikel koloid dipengaruhi oleh : gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak terjadi jika partikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis, reaksi hidrasi (bergabung dengan molekul air), pengadsorpsian molekul besar pada permukaan.

Pada proses koagulasi digunakan koagulan Poli Aluminium Chloride (PAC), tawas, ferri sulfat dan karbon aktif. Penentuan penggunaan jenis koagulan yang digunakan akan dikembalikan lagi kepada karateristik alir limbah yang akan diolah. Jika pemilihan jenis koagulan yang tepat maka akan meningkatkan efisien dan efektifitas proses pengolahan air limbah tersebut serta menghilangkan bahan tercemar yang terkandung agar air dapat dibuang ke muara sungai.

Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Pada proses flokulasi kontak antar partikel dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu kontak karena gerak brown, kontak karena gerak cairan serta kontak yang dihasilkan dari partikel yang mengendap dengan adanya tumbukan antar partikel. Biasanya waktu yang diperlukan untuk proses flokulasi berkisar antara 15-20 menit hingga 1 jam yang dilakukan dengan pengadukan cepat pada mikro flok (proses koagulasi). Secara garis besar, tahapan pembentukan flok terdiri atas: tahapan destabilitasi koloid, tahapan pembentukan mikroflok, tahapan penggabungan mikro flok dan tahapan pembentukan makro flok.

Proses koagulasi dan flokulasi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

·         Karakteristik Partikel,

·         Kekeruhan. Semakin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan maka semakin tinggi kekeruhan. Kekeruhan yang tinggi umumnya membutuhkan dosis koagulan yang rendah karena besarnya kemungkinan terjadinya tumbukan, sedangkan kekeruhan yang rendah membutuhkan dosis koagulan yang tinggi.

·         Warna. Warna dalam suatu zat dipengaruhi oleh absorbsi selektif bagian cahaya putih matahari oleh atom-atom atau molekul-molekul penyusun benda.

·         pH. Dosis optimum koagulan dan flokulan dipengaruhi oleh pH dikarenakan sifat kimia yang tergantung terhadap pH. Batasan nilai pH dapat terjadi karena pengaruh jenis koagulan yang dipakai dan komposisi zat kimia yang ada dalam air.

·         Temperatur. Perubahan temperatur dapat menyebabkan perubahan viskositas, semakin panas suhu maka viskositas semakin kecil.  

·         Waktu Detensi. Apabila terjadi kelebihan waktu detensi akan menyebabkan pengendapan pada sistem kontinyu, sedangkan jika kurang akan terbentuk flok yang relatif kecil sehingga sukar mengendap.

·         Komposisi Zat Kimia dalam Air.

·         Jenis Koagulan dan Flokulan. Pemilihan jenis koagulan dan flokulan disesuaikan dengan jenis koloid yang terkandung dalam air.jenis koagulan dan flokulan yang dimasukkan ke dalam air biasanya memiliki muatan ion yang berlawanan dengan muatan ion pada air.

·         Zeta Potensial. Harga zeta potensial mempengaruhi tingkat kemudahan destabilisasi partikel koloid untuk memungkinkan terjadinya gaya tarik-menarik antar partikel koloid sehingga terbentuk flok.

Kelebihan metode koagulasi dan flokulasi dalam pengolahan limbah cair, diantaranya :

·         Lebih cepat, efektif dan efisien menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling tarik menarik dan menggumpal membentuk flok.

·         Memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal di dalam air menjadi agregat / jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk flok sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan.

·         Menghilangkan beberapa organisme dalam air.

Dalam hal mencapai penghilangan zat-zat kontaminan yang terkandung dalam limbah secara efektif dan efisien diperlukannya pemahaman mengenai metode pengolahan yang digunakan dan standarisasi air limbah yang baik agar tidak mengganggu ekosistem makhluk hidup disekitar lokasi industri. Semakin banyak partikel koloid yang mengendap akan berbanding lurus dengan kualitas air hasil pengolahan limbah yang dihasilkan.

 

Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/eckomanhunian/koagulasi -danflokulasi-1

Partuti, T dan Dwiyanti, Y. (2017). Penentuan Kondisi Optimum Pengendapan Limbah Tailing Hasil Penambangan Emas di Daerah Cibaliung. Journal Industrial Servicess. 3. (1a).

Susanti, E dan Hartati, A (2003). Koagulasi Flokulasi untuk Menurunkan Warna dengan Koagulan PAC pada Effluen pada Pengolahan Limbah Pencelupan Benang. Jurnal Purifikasi. 4 (1).

 

0 comments:

Posting Komentar