Proses pemutihan pulp
(Bleaching)
Proses pemutihan
merupakan proses penghilangan suatu zat yang menimbulkan warna pada suatu bahan seperti
pada tekstil, pulp,
dan bahan lainnya.
Proses pemutihan pada pulp
adalah perlakuan secara
kimia terhadap serat-serat untuk meningkatkan
sifat optik terutama derajat putih. Derajat putih adalah reflektivitas contoh pulp dibandingkan dengan reflektivitas permukaan
standar dengan menggunakan sinar biru pada panjang
gelombang 457 nm. Parameter bahan baku yang paling utama dihilangkan pada pemutihan pulp
kimia adalah lignin yang masih tersisa setelah
proses pemasakan.
Ada
dua proses yang terjadi ketika kita melakukan proses pemutihan pulp, proses
tersebut adalah:
a. Lignin
removal
( delignifikasi / True bleaching )
Proses
pemutihan penghilangan lignin adalah proses yang digunakan untuk pemutihan
pulp kimia yaitu debgan perlakuan secara kimia terhadap pulp untuk melarutkan zat — zat penyebab warna ( gugus chromophor ) sehingga dapat meningkatkan sifat optik terutama
derajat putihnya.
b. Lignin
decolorization ( brightening )
Pada proses ini gugus chromophor
diubah strukturnya sehingga
dapat memantulkan sinar putih yang lebih banyak tetapi molekul lignin tidak dihilangkan. Pemutihan jenis ini digunakan pada
pulp kimia untuk meningkatkan derajat putih dengan tidak mengurangi rendemen.
Secara prinsip, selulosa murni
sebenarnya berwarna putih,
tetapi pulp menjadi
berwarna
karena mengandung zat-zat lain seperti senyawa lignin dan zat warna organik
lainnya. Pada dasarnya pemutihan merupakan proses perlakuan bahan kimia (oksidasi dan alkali) terhadap serat selulosa untuk
menaikkan derajat putih
pulp, yaitu melarutkan senyawa-senyawa berwarna yang dapat hilang
pada pencucian. Oksidan (chlor, oksigen, hipoklorit, khlordioksida, dan hydrogen peroxide) dipakai untuk
mendegradasi dan menghilangkan warna lignin
secara hidrolisa dan melarutkannya.
Cara yang cocok untuk pemutihan pulp sulfat yaitu dengan cara
penghilangan lignin.
Sifat sisa lignin yang terdapat dalam pulp sulfat
sulit untuk dihilangkan. Oleh karena
itu proses pemutihan biasanya dilakukan dalam tahap pemutihan pulp secara konvensional yang biasanya menggunakan
senyawa chlor dan turunannya.
Proses
pemutihan terbagi menjadi
3 macam, yaitu :
1. Konvensional
Merupakan
proses pemutihan yang masih dilakukan dengan menggunakan senyawa chlor (Cl2) karena sifatnya yang sangat efektif
menyerang dan menghilangkan lignin serta harganya
yang lebih murah.
Penggunaan chlor ini akan mengarah
kepada terbentuknya senyawa organik terchforasi dalam air limbah buangan. Karena berpengaruh buruk
terhadap lingkungan maka penggunaan proses
pemutihan non ECF (Elemental Chlorin Free) yang
menggunakan chlor secara drastis sudah mulai ditinggalkan Kelebihan dari penggunaan chlor sebagai bahan kimia pemutih
ialah karena chlor memiliki
sifat yang sangat efektif dalam melarutkan dan menghilangkan unsur- unsur lignin yang terkandung
didalam pulp. Akan tetapi, dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan ternyata jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh tersebut
karena reaksi chlor pada
proses pemutihan akan membentuk senyawa-senyawa organik terchlorasi pada air limbah yang dihasilkan.
2. Elemental
chlorine free (ECF)
Proses
ECF merupakan proses pemutihan pulp yang tidak menggunakan senyawa chlor murni sebagai bahan kimia pemutihnya, akan tetapi menggunakan ClO2. Proses pemutihan ini sangat baik
digunakan, karena prosesnya yang ramah lingkungan yaitu dapat meminimalkan kandungan dioksin dan
furan.
Keuntungan menggunakan teknologi
ECF (Elemental chlorine
Free)
dibandingkan dengan
konvensional:
a)
Senyawa terchlorasi dan dioksin lebih rendah.
b)
Adsorbable Organyc
Halyde (AOX) Kandungan halida
organik yang terserap
l ebih rendah pada pulp putih dan air limbah yang dihasilkan.
c) Tidak ada perubahan toksitas
dalam effiuent.
d) Tidak ada perubahan derajat putih (brightness) pulp tetapi kekuatan
lebih tinggi. Sedangkan
kelemahan atau kekurangan dari teknologi ini ialah masih adanya dampak lingkungan yang masih dapat
ditimbulkan pada air limbah yang dihasilkan
meskipun lebih kecil
jika dibandingkan dengan
proses konvensional, selain itu harga bahan kimia khlordioksida relatif
lebih mahal dibandingkan dengan chlorin murni
pada proses konvensional.
3. Totally Chlorine free (TCP)
TCF merupakan tahapan proses pemutihan yang sama sekali tidak menggunakan senyawa-senyawa chlor baik chlor murni maupun khlordioksida.Sebagai contoh proses
pemutihan pulp dengan metoda TCF yaitu OZEP,
OZEEZ. Pada tahapan tersebut digunakan ozon
(03) sebagai pengganti dari penggunaan senyawa-senyawa khlor sebagai
bahan kimia pemutih yang dalam ha1 ini dilambangkan dengan symbol Z. Penggunaan teknologi
TCF, yaitu substitusi senyawa chlor dengan hydrogen peroksida dan ozon memberikan beberapa keuntungan:
a) Citra sebagai industri yang ramah lingkungan.
b) Masyarakat atau lingkungan tidak terancam bahaya
pencemaran organoc/i/or.
c) Penghematan dalam menggunakan air.
d) Menghindari kemugkinan kena denda akibat pencemaran.
e) Menghemat energi (10 sampai 15 % bila menggunakan oksigen).
Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari teknologi ini ialah karena
dibutuhkan lokasi atau plant tersendiri untuk menyediakan bahan kimia
pemutih tersebut, oleh karena itu akan diperlukan investasi yang sangat besar.
Bahan kimia pemutih
Tahap O (Oksigen Delignifikasi)
Tahap ini disebut
juga tahap prebleaching karena umumnya dilakukan sebelum
tahapan-tahapan pemutihan (bleaching) yang
sebenarnya (true
bleaching). Pada tahap ini
digunakan oksigen dalam larutan alkali untuk
meningkatkan daya oksidasi oksigen terhadap lignin. Oksigen merupakan bahan
kimia pemutihan (bleaching) yang
paling murah tetapi juga yang paling tidak
selektif terhadap lignin. Oksigen pada dasarnya bersifat kurang reaktif namun dalam larutan tertentu
seperti NaOH akan bersifat sangat reaktif dan
dalam proses pemutihan dapat
mendegradasi lignin 30 sampai 50% dari total
lignin yang masih terkandung dalam pulp coklat. Namun dalam tahap
ini diusahakan tidak boleh lebih dari 50% lignin yang terbuang karena
daya oksidasi yang terlalu kuat akan mengakibatkan banyaknya karbohidrat
yang ikut terdegradasi.
Tahap C
Biasanya chlorin digunakan pada tahap pertama
pemutihan (bleaching),
pulp direaksikan dengan elemental chlorin (C12) baik yang berupa gas atau larutan, pada pH 0,5 sampai 1,5.
Tahap E
Tahap E yaitu tahap ekstraksi komponen-komponen
lignin yang terdegradasi, dilakukan setelah tahap pertama
pemutihan (bleaching), bahan kimia yangdigunakan berupa larutan NaOH. Gugus
alkali menggantikan Chlor yang membuat lignin terlarut.
Tahap H
Pemutihan (bleaching)
tahap H menggunakan bahan kimia berupa larutan hipokhlorit, umumnya dalam bentuk NaOCl.
Hipokhlorit lebih selektif disbanding Cl2 tetapi masih kurang dibanding ClO2.
Tahap D
Tahap ini menggunakan Khlordioksida
(C1O2), merupakan bahan kimia yang cukup mahal tetapi sangat selektif
terhadap lignin, sangat berguna untuk
pemutihan (bleaching) pada tahap
akhir pada saat konsentrasi lignin sangat
rendah. C1O2 bereaksi dalam dua tahap, tahap pertama
pembentukan C1O2 kemudian bereaksi menjadi
Cl dalam kondisi
asam.
Tahap P
Tahap ini menggunakan hydrogen peroxide (HzO2), walaupun
tidak umum digunakan untuk pemutihan pulp kimia tetapi saat ini digunakan untuk pemutihan bebas chlorin.
Umumnya digunakan untuk
tahap akhir daritahapan pemutihan.
Tahap CD
Disebut juga tahap Dc, merupakan
modifikasi tahap C, digunakan campuran Chlorin dan
khlordioksida. ClO2 digunakan
untuk mencegah chlorasi berlebih dan mengurangi jumlah bahan organik
terkhlorisasi dalam air buangan.
Sumber:Laporan Kerja Praktek Rizki Adi
Saputra 2017
0 comments:
Posting Komentar