DEINKING
Proses
deinking pada umumnya adalah proses penghilangan tinta dan bahan bukan serat
dari kertas bekas. Efektifitas proses deinking tergantung dari bahan baku
kertas bekas, jenis kontaminan terutama tinta, tahapan proses yang dilakukan,
dan jenis peralatan yang digunakan. Tahapan proses deinking konvensional
umumnya meliputi tahap penguraian, pembersihan dan penyaringan, penghilangan
tinta, serta tahap pencucian dan pengentalan (Jenni R.dkk, 2017). Proses
deinking konvensional menggunakan sejumlah besar bahan kimia yang mengakibatkan
tingginya biaya pengolahan air limbah untuk dapat memenuhi peraturan
lingkungan.
Proses
deinking menurut Emerson (2004) terdiri dari beberapa tahapan antara lain:
1. Repulping
Pada tahap ini kertas bekas dilakukan proses
penghancuran atau penguraian agar menjadi buburan pulp. Repulping merupakan
tahap pertama dalam pembuatan pulp dari kertas bekas biasanya nilai konsistensi
yang rendah diatur 4% - 6% dan konsistensi tinggi 12% - 15%, sehingga
diperlukan beberapa tahan proses selanjutnya. Jenis alat yang digunakan pada
tahap awal ini yaitu berupa drum pulper dengan ukuran besar dan memiliki reject
point untuk membuat kotoran-kotoran yang tidak boleh lolos ke tahap berikutnya.
Jumlah dari energi mekanik yang besar dihasilkan oleh pulper tentu sangat
penting untuk menentukan nilai buburan serat dan nilai tinta yang terdispersi.
2. Screening
Pada proses screening memiliki peranan dalam
pengolahan serat agar tidak tercampurnya pulp dengan kotoran. Fungsi dari
screening adalah untuk memisahkan dan menyaring kotoran berupa
partikel-partikel berdasarkan ukurannya. Bahan pengotor yang terdapat pada
kertas bekas secara umum yaitu; benang, plastik, kayu, dan lainnya. Penyaring
kotoran terdapat dua jenis tipe yaitu berupa slot dan holes. Selain itu,
terdapat pressure screen system yang merupakan proses sirkulasi didalam
screening tersebut seperti reject screen, open gravity screen, dan closed
gravity screen.
3. Cleaning
Pada proses cleaning memiliki fungsi yaitu
untuk memisahkan bahan pengotor serat berdasarkan berat jenis. Cleaning
dilakukan dengan proses secara centrifugal yaitu pemisahan berdasarkan
perbedaan specific gravity. Pada alat cleaner terdapat cone cleaner yang
digunakan untuk membuang pengotor berukuran kecil, berat, padat seperti shives,
pasir karat, serpihan metal, dan lainnya. Konsistensi yang digunakan pada
cleaner untuk mengolah buburan kertas bekas terbagi
menjadi 3 bagian yaitu high consistency 2% - 5%, medium consistency 2%, dan low
consistency 0,5% - 1,5%.
4. Flotation
5. Bleaching
Pemutihan (bleaching) merupakan proses yang
bertujuan untuk menghilangkan kandungan lignin (delignifikasi) di dalam pulp
atau serat sehingga diperoleh tingkat kecerahan warna yang tinggi dan stabil
(Greschik, 2008). Proses pemutihan serat harus menggunakan bahan kimia yang
reaktif untuk melarutkan kandungan lignin yang ada di dalam serat agar
diperoleh derajat kecerahan yang tinggi (Tutus, 2004). Ada beberapa faktor pada
saat proses bleaching yang dominan mempengaruhi seperti temperature, dosis, pH,
dan lainnya.
BAHAN KIMIA PROSES DEINKING
Bahan
kimia pada proses deinking sangat penting dalam mekanismenya seperti
pengembangan serat, saponifikasi, pembasahan, emulsifikasi, pengendapan,
antiredeposition, dan dispersi. Bahan kimia yang digunakan pada proses deinking
dibagi menjadi dua bagian (C. Jiang dan J. Ma. 2000). Dua bagian tersebut
yaitu:
1. Flotation Chemicals
Bahan
kimia yang digunakan dalam flotation chemicals sangat tergantung pada jenis
kertas bekas yang diproses. Pulper chemicals merupakan bagian penambahan bahan
kimia pada prosses flotasi yang bertujuan untuk mendispersikan tinta. Bahan
kimia utama yang digunakan flotasi adalah sebagai berikut:
·
NaOH
Berfungsi untuk menyabunkan minyak-minyak yang
terdapat didalam tinta, sehingga pigmen-pigmen tinta dapat terbasahi dan dapat dikeluarkan dari serat.
·
Hidrogen Peroksida
Berfungsi sebagai bahan pemutih (dapat
menaikan derajat putih) dan juga dapat membantu terdispersinya bahan coating
serta bahan sizing. Agar H2O2 tidak terurai,
ditambahkan chelating agent dan natrium silikat.
·
Deterjen
Deterjen yang
biasa digunakan adalah asam lemak (asam oleat)
yang berfungsi sebagai “kolektor” yang berperan sebagai penambah sifat hidrofobik
dari tinta, sehingga tinta dapat melekat pada gelembung udara, kemudian
terapung dipermukaan.
·
Chelating
Agents
Perannya sebagai
bahan untuk membentuk senyawa kompleks dengan logam-logam berat yang larut dakam
air. Contohnya yang sering digunakan
adalah : DTPA (diethylene triamine pentaacetic acid) dan EDTA (ethylene diamine
tetraacetic acid).
2.
Bleaching Chemicals
Bahan
kimia yang digunakan untuk proses pemutihan tergantung pada jenis kertas bekas
yang diproses. Bleaching agent bertujuan untuk memutihkan pulp dengan dilakukan
pemasakan. Bahan kimia bleaching yang digunakan adalah sodium percarbonate,
hydrogen peroxide, hypochlorite, sodium carbonate, sodium hydrosulfite, ozone,
FAS (formamidine sulfinic acid), enzyme xylanase, dan lainnya.
Adapun
penjelasan beberapa bleaching agent yang digunakan pada saat bleaching adalah
sebagai berikut:
·
Sodium
Percarbonate
Sodium percarbonate adalah senyawa tambahan
hidrogen peroksida dan natrium karbonat. Berdasarkan rumus molekuler, zat
natrium perkarbonat murni mengandung 32,5% hidrogen peroksida dan 67,5% natrium
karbonat (berdasarkan berat), sodium percarbonate memiliki bentuk berupa bubuk
kristal putih (Hera, 2002). Sodium percarbonate merupakam reaktan alkali tidak
seperti hidrogen peroksida dan tidak memerlukan soda kaustik ekstra (NaOH)
untuk aktivitas pemutihan. Titik lebur dan titik didih tidak dapat ditentukan karena sodium percarbonate terurai saat dipanaskan.
Dekomposisi adalah eksotermik dan melepaskan gas oksigen. Penentuan tekanan uap
tidak berlaku karena natrium perkarbonat adalah suatu senyawa anorganik yang
dapat terionisasi. Diameter rata-rata ukuran partikel natrium perkarbonat
adalah dalam kisaran 300 - 900 μm. Sodium percarbonate mudah larut dalam air,
menghasilkan larutan basa sedang. PH adalah sekitar 10,5 pada konsentrasi 1%.
·
Hypochlorite
Hypochlorite (ClO- ) merupakan bahan kimia
yang digunakan untuk pemutih produk (Sójka-Ledakowicz et al., 2000). Hipoklorit
ini terdiri dari klor dan oksigen dengan rumus kimia ClO- . Senyawa ini
merupakan klorin aktif yang paling aktif dan banyak digunakan untuk pemutihan,
secara kimiawi hipoklorit bersifat kurang stabil.
·
Hydrogen
Peroxide (H2O2)
Hydrogen Peroxide berbentuk cairan tidak
berwarna, sedikit lebih kental dari air dan dapat bercampur dengan air dalam
berbagai komposisi (Jones, 1999). Hydrogen peroxide bersifat asam yang sangat
lemah dan mempunyai kemampuan sifat oksidator yang sangat kuat. Hydrogen
peroxide (H2O2) merupakan bahan pemutih yang bisa digunakan untuk proses
pemutihan dengan konsep Totally Chlorine Free (TCF). Hydrogen Peroxide terurai
secara katalitik oleh banyak bahan umum, menghasilkan evolusi panas dan
oksigen, yang dapat mendukung pembakaran bahan yang mudah terbakar. Juga
Hydrogen Peroxide dapat menyebabkan bahaya kesehatan juga selama penanganan.
Karena bahaya dan sifat oksidatif ini, penyimpanan dan penanganan Hydrogen
Peroxide harus dipantau dengan cermat. Pabrik dapat menerima Hydrogen Peroxide
pada konsentrasi 70% atau 50%. Larutan Hydrogen Peroxide yang sangat
terkonsentrasi dapat disimpan dengan aman, dengan tindakan pencegahan keamanan
khusus yang direkayasa dan solusi konsentrasi yang ketat, seperti truk tangki
khusus, kereta api, tangki penyimpanan mahal (aluminium dan baja tahan karat
304 dan 306, lokasi khusus yang jauh dari kontaminan
potensial), dan khusus sistem perpipaan (TAPPI TIP 0606- 24).
·
Enzyme
Xylanase
Penggunaan enzyme dalam pemutihan pulp dikenal
sebagai biobleaching. Penggunaan enzyme xylanase untuk biobleaching
menghasilkan pulp dengan kecerahan tinggi dan menghemat bahan kimia pemutihan
(Bajpai, 1999). Xylanase juga banyak digunakan dalam pemutihan pulp bukan kayu
(Bajpai, 1996). Penerapan xylanase sering disebut sebagai
"prebleaching" atau "peningkatan pemutih" karena
meningkatkan efek pemutihan bahan kimia dengan memutus jaringan xilan, yang
membantu menghilangkan lignin yang terperangkap dari bubur kertas daripada
membuang lignin secara langsung atau menyerang lignin. Pada umumnya enzim
xilanase yang digunakan sebagai bleaching dibuat dari bakteri dan jamur.
Pemutihan dengan xylanase memerlukan kontrol parameter yang ketat termasuk pH,
suhu, dan waktu retensi (Farrell et al. 1996; Suurnakki et al. 1997). Kinerja
enzim sangat tergantung pada jenis bahan baku, proses pembuatan pulp , dan
urutan pemutihan. Pemutihan menggunakan xilanase, dibandingkan dengan pemutihan
konvensional, meningkatkan efisiensi pemutihan dan mengurangi kebutuhan bahan
kimia pemutihan.
0 comments:
Posting Komentar