Ganja, Kertas, dan Segala Stigma Negatif

 Ganja, Kertas, dan Segala Stigma Negatif

Salah satu masalah terbesar manusia saat ini adalah tentang stigma atau pandangan seseorang yang menilai suatu hal itu cenderung negatif. Stigma negatif itu muncul karena ketidaktahuan. Sebab ketidaktahuan akan menghancurkan pandangan positif dimata seseorang, tetapi yang sebenarnya itu adalah baik. Mari kita mengambil contoh dari tanaman yang sangat dibenci oleh masyarakat yaitu ganja. Mengapa ganja dipandang buruk oleh masyarakat? Padahal tidak selamanya sesuatu yang buruk itu akan tetap menjadi buruk, disisi lain pasti ada hal positif yang muncul. Karena pada dasarnya, Yang Maha Kuasa menciptakan sesuatu ada sisi buruk sekaligus baiknya. Lantas, Ganja di negeri ini “anugrah atau malapetaka”?

Ketika kita berbicara tentang ganja, seolah kita mengangkat topik mengenai tema yang berbau kriminal. Ada apa dengan tanaman ganja? Mengapa tanaman ini seakan-akan dikambing hitamkan oleh segelintir manusia di muka bumi ini? Hanya karena tanaman ini dianggap malapetaka bagi kelangsungan umat manusia jaman sekarang, dan mengapa tanaman tersebut diharamkan untuk tumbuh dan berkembang biak di Indonesia.

Ganja adalah tanaman dengan nama latin cannabis sativa. Banyak orang hanya membayangkan ganja sebagai tumbuhan yang dapat membuat candu dan masalah lain dalam kesehatan jika disalahgunakan pemakaiannya. Dan juga banyak orang tidak tahu bahwa ganja itu tidak melulu berbahaya. Ada manfaat lain dalam kandungan ganja itu sendiri. Selain dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, ganja juga terkenal dengan seratnya. Hari ini penggunaan serat ganja berkembang pesat. Ganja yang kandungan THC-nya (tetrahydrocannibinol) atau zat penghasil euphoria di bawah 0.3% tidak memabukkan, tetapi sebaliknya menghasilkan serat yang berharga. Per hektar industri ladang ganja menghasilkan serat 250% lebih banyak daripada serat kapas.

Ganja berpotensi tumbuh di iklim tropis seperti di Indonesia. Tetapi Indonesia mengeluarkan undang-undang tentang larangan penanaman ganja. Pertanyaannya : Mengapa Indonesia mempunyai potensi besar untuk memanfaatkan ganja, seperti buta dan tidak tahu manfaat besar lain yang dihasilkan?

Ganja bahkan berpotensi sangat signifikan bagi industri pulp dan kertas. Dengan melihat kandungan serat selulosa ganja yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian komposisi kimia ganja yang dilakukan oleh Wing L. Sung, Mark Wood, dan Fang Huang melalui lembaga National Research Council of Canada menunjukkan bahwa ganja memiliki kandungan selulosa yang tinggi yaitu : 55% di bast fiber dan 49% di woody core nya, menjadikan tanaman ini sangat berpotensi untuk industri pulp dan kertas. Berikut ini komposisi kimia serat batang ganja :

	Bast Fiber (%)	Woody Core (%)
Cellulose	55	49
Hemicellulose	17	13
Lignin	18	8
Pectin	5	29
Ash	5	3

              Sumber : www. kompasiana.com

            Dewasa ini industri pulp dan kertas memakai bahan baku kayu yang diperoleh dari Hutan Tanaman Industri. Meskipun industri pulp menyatakan bahwa jatah hutan yang boleh ditebangi hanyalah 7,8% dari total luas hutan di Indonesia (126,09 juta hektar), dan itu pun disertai tanggung-jawab penanaman kembali dan pemeliharaan yang melibatkan perkembangan teknologi yang canggih, disamping itu sekarang ini sedang gencar-gencarnya isu restorasi lahan gambut yang mengancam penyempitan wilayah Hutan Tanaman Industri. Sehingga menyebabkan semakin menurunya sumber bahan baku kayu untuk produksi pulp. Disisi lain kebutuhan kertas domestik semakin meningkat, berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia,  kapasitas terpasang industri pulp diperkirakan meningkat dari 7,9 juta ton per tahun pada 2013 menjadi 10 juta ton per tahun pada 2017. Adapun prediksi naik dari 13,9 juta ton menjadi 17 ton per tahun pada 2018. Kebutuhan kertas dunia mencapai 394 juta ton dan diperkirakan meningkat menjadi 490 ton pada 2020.

Melihat kenyataan bahwa semakin menurunya sumber bahan baku kayu dan meningkatnya permintaan terhadap pulp dan kertas, ada baiknya ganja diperkenalkan sebagai bahan dasar pembuatan pulp dan kertas. Karena serat ganja jauh lebih efisiensi dan murah. Tanaman ganja hanya perlu satu musim (120-180 hari) untuk siap panen tidak butuh pestisida dan herbisida. Namun, penerapan ganja sebagai bahan baku pembuatan kertas bertentangan dengan negara dan masyarakat yang masih terjebak dengan stigma negatif karena ketidaktahuan.

            Apakah tulisan ini menyokong industri kertas? Apakah tulisan ini membela ganja? Tidak keduanya. Tulisan ini berkepentingan untuk mengajak kita untuk menolak takut pada ketidaktahuan, agar tidak terjebak kedalam stigma negatif.

            Ganja akan menjadi malapetaka jika kita salah dalam mempergunakannya, dan ganja akan menjadi anugrah jika kita memanfaatkan untuk bahan baku pembuatan kertas dan hal yang bermanfaat lainnya.

Sumber :

http://www.kemenparin.go.id/artikel/Kebutuhan-Kertas-Domestik-Meningkat

http://idur.staff.uns.ac.id/2009/06/14/fenomena-ganja-aceh-potensi-atau-proteksi/

https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170810210851-255-233888/mengenai-7-manfaat-dan-bahaya-ganja

https://www.kompasiana.com/tarhaditabure/mariyuana-potensi-serat_54f92ca33311ab068b4768