Penggunaan Kertas Tisu Berlapis Graphane Sebagai Sensor Multifungsi
Sudah tahukah anda bahwa kertas tisu berlapis Graphene dapat digunakan sebagai sensor
multifungsi? Tentu hal ini merupakan topik yang sangat menarik, dimana yang
kita ketahui kertas tisu yang hanya digunakan untuk pelengkap kegiatan
sehari-hari ini ternyata dapat memiliki guna lebih di era global. Oleh karena
itu, artikel kali ini akan membahas tentang sensor multifungsi menggunakan
kertas tisu graphene.
Ngomong-ngomong apa itu graphene? Graphene adalah
nano karbon 2D yang umumnya digunakan
sebagai sensor pada berbagai macam teknologi wearable device. Dikarenakan karakteristik yang unik, graphene banyak diteliti untuk diaplikasikan sebagai elektroda pada
superkapasitor karena konduktivitas listrik graphene yang baik.
Penggunaan graphene
ini tidak terlepas dari teknologi wearable
device, yang
merupakan sebuah
perangkat yang dapat digunakan pada bagian tubuh manusia yang berhubungan
dengan operasi komputer dan teknologi terkini, serta menggunakan prinsip
"Wearable Technology", yaitu teknologi yang dapat dipakai juga diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan estetika dan juga fungsinya
masing-masing.
Pada bulan November 2017 yang lalu, sekelompok
ilmuwan dari Tsinghua University membuat sensor tekanan berbahan kertas tisu
yang dilapisi graphene. Pada pembuatan kertas tisu graphene ini dibutuhkan kertas tisu dan
larutan graphene oksida. Pertama, kertas
tisu dipotong sesuai ukuran, lalu dituangkan larutan graphene oksida dengan konsentrasi 2 mg/mL. Kemudian, kertas tisu
yang sudah terbasahi oleh larutan graphene
oksida dioven selama 5 jam pada temperatur 250oC untuk mereduksi graphene oksida menjadi reduced graphene oksida (rGO). Pada bagian atas dan bawah tisu graphene dipasang tembaga foil dengan pasta perak sebagai elektroda. Untuk membuatnya
menjadi sensor tekanan, tisu graphene
dibungkus menggunakan selotip polyimide (PI).
Hasil penelitian menyatakan variasi jumlah
lapisan kertas tisu graphene
berpengaruh terhadap nilai sensitivitas. Pada rentang tekanan 0 – 2 kPa (S1),
semakin banyak lapisan kertas tisu graphene maka semakin tinggi nilai
sensitivitasnya. Pada rentang tekanan 2 – 20 kPa (S2), semakin sedikit lapisan
kertas tisu graphene maka semakin rendah nilai sensitivitasnya. Hal ini
disebabkan oleh udara yang masuk ke celah-celah antar lapisan kertas. Ketika
diberi tekanan, udara yang tinggal di celah-celah antar lapisan kertas akan
pergi dan kontak antar lapisan kertas tisu kembali meningkat.
Uji coba kertas tisu graphene dilakukan pada aktivitas yang menggunakan tekanan rendah
seperti denyut nadi, bernafas dan pengenalan suara. Gambar a untuk mendeteksi
denyut nadi. Gambar b menunjukkan hasil pengukuran denyut nadi yang
menghasilkan denyut nadi sebanyak 70 kali/menit dimana nilai tersebut berada
pada level normal. Gambar c menunjukkan penggunaan kertas tisu graphene sebagai
sensor pernapasan. Gambar d menunjukkan laju pernapasan sebelum ujian sebesar
16 kali/menit dan laju pernapasan setelah ujian sebesar 68 kali/menit. Gambar e-h
meupakan pengaplikasian kertas tisu
graphen pada tekanan lebih tinggi seperti melompat, push-up, berjalan, berlari dan jongkok.
Selain itu, para peneliti menguji kertas tisu graphene pada tenggorokan untuk
mendeteksi kata yang diucapkan. Ada tiga kata yang diuji coba dalam penelitian
ini diantaranya “graphene”, “hello” dan “sensor”. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa setiap kata memiliki satu jenis kurva. Ketika kata tersebut
diucap ulang sebanyak 4 kali, kurva yang dihasilkan relatif sama. Hal ini
merupakan pencapaian yang luar biasa dimana kita bisa memonitor aktivitas
manusia menggunakan material sensor yang murah, mudah difabrikasi dan
menunjukkan kinerja yang baik.
Diadaptasi dari : https://warstek.com/2018/05/19/tisu/
0 comments:
Posting Komentar