PENGOLAHAN
LIMBAH INDUSTRI PULP
Semua kegiatan industri mempunai
potensi untuk menimbulkan dampak terhadap lingkunganya. Seperti halnya pabrik
pulp yang dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair, padat maupun gas.
Apabila limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu akan mengakibatkan
pencemaran sehingga menurunkan kualitas sungai dan merugikan ekosistem yang ada
disekitarnya Unit pengolahan limbah di pembuatan pulp ini mempunyai tujuan
untuk :
1.
Mengurangi kadar polutan dalam air limbah tidak
2.
menimbulkan pencemaran.
3.
Mengurangi pencemaran udara yang ditimbulkan oleh gas buang.
4.
Melindungi ekosistem air dari dampak kekurangan oksigen akibat tertutupnya
permukaan air oleh limbah.
5.
Menghindari timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan.
6.
Mencegah timbulnya bau yang tidak enak.
Sistem
pengolahan limbah dipabrik pulp ini meliputi perlakuan fisik, kimia dan biologi
yang terdiri atas 3 tahap yaitu :
1.
Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada unit ini terjadi pemisahan
pencemar dengan cara penyaringan dan pengendapan biasa. Limbah dari plant-plant
dialirkan ke effluent melalui penyaringan (screening) kasar yang terdiri dari 2
tingkat. Selanjutnya limbah dimasukkan kedalam pembersih pasir (great removal)
dengan diberi gelembung-gelembung udara agar pasir dapat meluap keatas. Limbah
yang tidak mengandung pasir tersebut dinetralisasi agar tidak terlalu asam atau
basa. Selanjutnya limbah dipompa dengan effluent pumping pit untuk diendapkan
dalam pimary setting tank secara gravitasi. Overflownya mengalami secondary
treatment, sedangkan peralatannya dikeruk dan dialirkan ke proses dewatering
untuk dijadikan limbah padat.
2.
Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pada tahap yang kedua limbah
mengalami perlakuan biologi dimana tangki-tangki dialiri dengan lumpur yang
mengandung mikroorganisme (bakteri) yang akan menguraikan zat-zat organik dalam
limbah. Pada unit ini terdapat tangki aerasi dimana di atas tangki terdapat
baling-baling yang berputar dan berfungsi untuk mengalirkan oksigen ke dalam tangki
yang bermanfaat bagi mikroorganisme aerob. Serta diberi nutrient sebagai
nutrisi mikroorganisme untuk berkembang. Setelah proses secondary treatment,
limbah diendapkan dalam secondary clarifier untuk mengendapkan suspended solid
yang ada. Air overflow yang keluar dari secondary clarifier langsung dibuang ke
sungai karena sudah merupakan air bersih, sedangkan endapannya dialirkan ke
tangki aerasi sebanyak 40% dan sisanya dijadikan satu dengan endapan dari
primary settling tank untuk mengalami dewatering.
3.
Dewatering
Tahap dewatering terjadi proses
limbah dari bentuk endapan dijadikan bentuk padatan. Proses ini menggunakan
alat bed filter press yang terdiri dari dua buah wire dimana endapan dilewatkan
diantaranya. Alat dari endapan tersebut diserap secara vakum dan filtratnya
dialirkan kembali ke primary settling tank. Limbah yang keluar dari bed filter
press sudah dalam bentuk padatan dan dibuang ke penimbunan akhir. Limbah ini
dapat digunakan untuk kesuburan tanah karena banyak mengandung N,P,K,C yang sangat
baik untuk kesuburan tanah.
Bahan
kimia yang ditambahkan untuk proses pengolahan limbah yaitu :
1.
Alum
Berfungsi untuk memisahkan partkel
yang terlarut sehingga terbentuk flok kecil / halus yang mudah berikatan.
2.
Polimer
Berfungsi untuk mengikat flok halus
dan membentuk flok yang lebih besar sehingga mudah untuk diendapkan. Hal ini
dikarenakan berat jenisnya yang lebih besar dari berat jenis air.
3.
NaOH dan H2SO4
Berfungsi sebagai penstabil pH.
Larutan ini hanya ditambahkan apabila air limbah terlalu asam pada pH kurang
dari 6 dan basa pada pH lebih dari 8.
4.
Urea dan TSP
Berfungsi sebagai nutrient bakteri.
Usaha-Usaha
Menangani dan Memanfaatkan Limbah Dalam industri pulp umumnya menghasilkan
limbah berupa :
1.
Cairan black liquor yang masih banyak mengandung cairan pemasak dan sedikit
padatan yang terikut. Untuk memanfaatkan kembali cairan pemasak yang terkandung
didalamya maka didirikan unit recovery untuk mengolah kembali cairan black
liquor yang dapat dimanfaatkan kembali berupa CH3COOH yang akan dipergunakan
kembali untuk cairan pemasak di digester.
2.
Setelah proses pencucian pulp di tahap bleaching juga menghasilkan limbah cair
yang selanjutnya akan ditreatment di unit TPL dan dibuang ke aliran sungai
terdekat.
3.
Sumber – sumber limbah padat dari pabrik pulp berasal dari pemisahan pith dari
serat-serat. Waste ini bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar pada boiler setelah
proses lanjut, yaitu dengan pengeringan pith dan pengepresan kadar air.
Dampak
yang Ditimbulkan dari Limbah
Dari
sekian banyak permasalahn yang timbul, yang paling penting dan yang perlu
diperhatikan adalah :
-
Penyumbatan
Penyumbatan dipipa, shower, nozzle
wire dan felt biasanya terjadi akibat meningkatnya sistem daur ulang dari air
bekas. Biasanya masalah ini dapat dihindari dengan menghilangkan kandungan air
yang akan didaur ulang. Selanjutnya seluruh peralatan yang ada dipakai,
direncanakan sesuai penggunaannya. Penggunaan felt sintetis memungkinkan untuk
dapat dilakukan pembersihan secara efektif sehingga masalah mengenai
penyumbatan dapat dikurangi.
-
Kerak/Deposit
Kerak/deposit terbentuk dari
hasilkristalisasi/koagulan bahan bahan non resin. Kerak merupakan hasil
gabungan dari anion karbonat dan sulfat dengan kation Ca, Mg, Fe, dan Ba.
Sebagian kerak umumnya hasil dari deposit CaCO3 dan MgCO3. Salah satu cara
untuk mengontrol kerak adalah lewat kontrol batas kesadahan air dalam sistem
dengan cara membatasi kadar kation. Air yang mengandung senyawa besi dengan
mangan dapat menolong pertumbuhan bakteri besi dan mangan sebagai kontribusi
terbentuknya deposit.
-
Lendir dan bau
Kombinasi antara mikrobicide dan
dispersing agent Sebagian besar lebih efektif dan ekonomis untuk mengontrol
lendir dan bau.
-
Korosi
Korosi adalah kerusakan logam karena
peristiwa elektrokimia atau aktivitas bakteri. Laju korosi dipengaruhi oleh
interaksi kompleks dari banyaknya padatan terlarut seperti klorida dan sulfat, kesadahan,
alkalinitas, keasaman, suhu, dan batas konsentrasi. Banyak faktor yang
mempengaruhi korosi membuat permasalahan menjadi sulit dan kompleks untuk mengontrolnya.
Sebagian besar pabrik mengatasi masalah korosi ini dengan menggunakan bahan
stainless steel atau fiber glass. Dalam keadaan aerobik, korosi elektrolisa
akan menjadi mudah terjadi, begitupula sebaliknya. Kontrol terhadap bakteri dapat
dilakukan dengan pemakaian microciocide secara efektif.
Daftar
Pustaka.
Ali M, Suciningtias. 2005. Minimisasi
Limbah pada Industri Pulp dan Kertas. Proceding Seminar
Nasional Kimia Lingkungan VII
TA_Program Studi DIII_Teknik Kimia_Institut
Teknologi Sepuluh Nopember_Pabrik Pulp dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan
Proses Acetocell
0 comments:
Posting Komentar